Info&tanya jawab

Rabu, 17 Februari 2021

Cerita Bandeng di Riang Koli dan Pesan Telak Untuk Orang Muda Flotim

Foto: Bram Muda

Tahun 2017 silam, berbekal keberanian, Mikhael Bubu Hurit mendatangi Bupati Flores Timur terpilih, Anton Gege Hadjon untuk menyampaikan gagasannya sebagai seorang petani. Mikhael adalah warga Riang Koli, Kecamatan Tanjung Bunga. Pria perantau yang kaya pengalaman ini membawa kertas yang berisi gambar dan perhitungan untung rugi serta proyeksi dan prospek usaha Budidaya Ikan Air Tambak coretan tangannya sendiri. Syukurnya niat untuk bertemu Bupati terjawab.
 Di hadapan Bupati, Mikhael diberi kesempatan untuk mempresentasikan rencana usahanya. Berbekal pengalaman di rantau, Mikhael terobsesi memiliki kolam budidaya ikan bandeng di lokasi tanah miliknya dengan luas berhektar-hektar di kampung halamannya Riang Koli.
 “Sekembalinya dari merantau, saya putuskan untuk menetap di kampung. Saya ingin menerapkan pengalaman selama di rantau, dimana masyarakat bisa sejahterah sebagai petani tambak ikan. Kami membuat kolam-kolam ikan di tepi pantai, membuat jebakan air laut yang membawa bibit-bibit ikan bandeng ke dalam kolam-kolam tambak. Bibit-bibit ikan itu akan bertumbuh besar dan siap panen untuk dijual ke pasar” ujar Mikhael saat bincang-bincang ringan dengan media.
 Selain tambak ikan Bandeng, di dalam gambar yang dibuàt Mikhael, dalam sebuah kawasan yang sama, akan dikembangkan penanaman padi dan jagung. Untuk memisahkan kolam dari kolam, dibangun juga lopo-lopo sebagai rest area, bagi para pengunjung yang ingin melihat dari dekat pola pengembangan pertanian terpadu ini. Maksud Mikhael adalah, suatu waktu, di lokasinya tersebut akan menjadi sebuah kawasan ekowisata yang menghasilkan rejeki buat dirinya dan keluarga.
 Kecakapannya dalam presentasi membuat Bupati Anton tergugah. Terhadap petani yang satu ini, Anton menganggapnya sebagai masyarakat yang memiliki responsibility yang luar biasa terhadap semangat pemerintah dalam membangun desa dan menata kota di Flores Timur. Keberanian dan semangat yang ditunjukan Mikhael adalah contoh daripada masyarakat yang berciri kewirausahaan atau memiliki jiwa enterpreneurship. Apalagi Mkkhael sendiri sudah memiliki pengalaman serta mampu merencanakan bisnisnya, sekalipun masih dalam bentuk coretan tangan yang sangat sederhana.
 “Saya sungguh-sunģguh mendengar presentasinya. Dengan semangat dan keberanian yang luar biasa, ia (Mikhael, red) mampu meyakinkan saya bahwa usaha yang bakal dia bangun memiliki prospek yang gemilang serta mampu meningkatkan ekonomi keluarganya. Sebagai pemerintah, saya wajib memberi dukungan, baik secara moril maupun materiil. Tugas saya adalah terus memacu semangat rakyat agar mulai berpikir seperti Mikhael di Riang Koli. Rakyat yang mandiri dalam berpikir, rakyat yang berani pula dalam bertindak. Jika sudah memiliki gagasan dan keberanian, saya pastikan Pemerintah akan hadir disana untuk memberi dukungan,” ujar Anton dalam kesempatan yang berbeda.
 Usaha Mikhael, pria yang pernah merantau ke Sumatera ini tidak sia-sia. Pada tahun 2018 silam, bersama seorang teman lainnya, mereka dibiayai oleh pemerintah Flores Timur untuk studi ke Jawa, melihat dari dekat pola pengembangan pertanian terpadu yakni budidaya ikan air tambak serta pengembangan agrowisata dalam satu kawasan pertanian yang sama. Mereka belajar lagi, sekalipun Mikhael sendiri sudah memiliki pengalaman yang mumpuni. Mikhael sendiri meengakui, bahwa dengan study tersebut, ia memperoleh banyak hal baru terutama pada urusan pengembaangan agrowisatanya. Bagaimana cara mendesain kawasan tersebut menjadi lebih apik dan menarik agar masyarakat bisa datang ke tempat itu dengan tujuan wisata sekaligus membeli hasil produk berupa ikan dan tanaman palawija lainnya yang pasti sangat segar dan organik.
 Sekembalinya dari Jawa, Mikhael bersama temannya mendapat bantuan modal usaha sebesar Rp 100 juta dari Pemerintah Flores Timur. Mereka menggunakan bantuan tersebut dengan mulai membangun tambak ikan, membuat pematang dan membeli bibit pertanian serta pondok sementara sebagai rest area bagi pengunjungnya. Sejak itu, produksi ikan Bandeng milik Mikhael mulai berkembang, dengan masa panen dua kali dalam setahun. Hasilnya masih untuk menjangkau pasar domestik, belum bisa menembus pasar regional sebab kapasitas produksi masih terbatas. Namun demikian, Mikhael mulai merasakan perubahan dalam kehidupan ekonominya.
 “Saya berterimaksih kepada pemerintah, sebab kemajuan yang kami capai hari ini berkat bantuan modal usaha yang diberikan pemerintah. Saya ingat persis saat pertama kali bertemu Bupati. Tidak ada kendala protokoler. Saya diterima layaknya keluarga, bahkan Bupati menciptakan suasana yang rileks membuat saya merasa nyaman selama mempresentasikan rencana usaha saya. Dia mendengar dengan teliti, sesekali langsung bertanya dan saya menjawabnya. Hingga akhirnya dia berpesan, Pak Mikhael jaga terus semangat itu, selanjutnya tugas saya adalah mencari modal serta dukungan teknis lainnya dari pemerintah agar project ini bisa jalan. Pada kesempatan itu Bupati juga mengingatkan bahwa pemerintah sedang mendoring program selamatkan orang muda, dimana orang-orang muda di Flores Timur diharapkan mampu merespon peluang yang disiapkan pemerintah ini untuk menjadi wirausaha-wirausaha baru di desanya masing-masing,” ungkap Mikhael.
 Mikhael melanjutkan, dirinya percaya bahwa segala sesuatu yang baik pasti direspon pemerintah. Kekuatan gagasan serta kemampuan komunikasi akan mempengaruhi pemerintah dalam membuat keputusan. Banyak anak muda dan masyarakat pada umumnya tidak pernah mempunyai gagasan untuk memulai usaha yang produktif. Banyak diantara mereka tidak punya kerja dan mati kreativitasnya. Saat kesempatan dibuka pemerintah, mereka duduk diam sambil mengamati, kapan pemerintah gagal. Lalu tugas mereka mulai melontarkan kritikan dan menyebut pemerintah gagal. Manusia type ini adalah manusia konsumtif yang hidupnya tidak produktif. Coba cek, apa yang ia kerjakan, bahkan sebidang tanahnnya dibiarkan kosong karena malas bekerja. Jika saja semua anak-anak muda Flores Timur berubah mental menjadi penggerak utama ekonomi keeluarga melalui usaha kreatif dan prifèsional, Flores Timur akan maju dengan sendirinya tànpa harus saling mencari kesalahan.
 Sambil menyeruput kopi pahit, Mikhael kembali menambahkan, sukses yang dicapai dirinya sekarang bukan semata-mata karena bantuan pemerintah. Banyak anak muda juga mendapat kesempatan mengakses bantuan modal dari pemerintah, tetapi mereka tidak serius menjalankan usaha itu sesuai yang mereka rencanakan. Mereka berhenti belajar saat usahanya menemui jalan buntu. Akhirnya mereka kembali seperti anak muda lain yang tidak bekerja. Hidupnya menjadi terbatas, baik secara ekonomi maupun sosial karena banyak peluang sudah mereka lewatkan.
 Daya juang dan sikap gigih yang dimiliki Mikhael membuatnya mampu membiayai hidup keluarga. Dua anaknya saat ini mengambil kuliah di Jogyakarta dan yang lain sedang di bangku SMA dan SMP. Kebutuhan pangan bagi keeluargapun tidak sulit karena dia bisa memperolehnya langsung dari hasil pertanian dan perikanan milik sendiri. Disana ada ikan, Padi, jagung dan sayur mayur. Kebutuhan gizi keluarganya terjamin. Sebahgian dijual untuk biaya pendiddikan anak-anaknya serta menjawab kebutuhan sosial berupa adat dan budaya setempat. (Teks: Bram Muda)
Foto: Bram Muda

Foto: Bram Muda

Foto: Bram Muda


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar